sebenarnya apa? (Bag.2)

tiba-tiba bel rumah berbunyi, tak menghiraukan Rani lagi Aris segera mengecek siapa yang yang ada di luar.
terbuka kembali pintu rumah itu, dan didapatinya sosok perempuan yang juga tak asing tapi buakn rani.
melainkan juwita teman kost rani di jakarta.
"eh...wit, kamu bersama rani kan?" taya aris
tak segera menjawab, juwita malah menangs.
setelah aris mengajaknya masuk dan mulai bertanya kembali, juwitapun mulai mengatakan sesuatu setelah menarik nafas dan mengeluarkannya beberapa kali.
"aris...kamu yang tabah ya..." ucap juwita
tersentak aris setelah mendengar perkataan juwita.
dia semakin tak mangerti, ada yang tak beres dari tadi.
"kamu tuh ngomong apa??"cela aris
"rani ris...rani..."
"adaapa dengannya?" tanya aris
"mobil itu menabraknya, dan seketika rani meninggal"
penjelasan juwita sedikit membuat aris sedikit menyunggingkan senyumnya.
"sudahlah kalo bercanda, udah ketahuan tau..." pungkir aris
"aku gak mengada-ada ris... memang benar apa yang telah terjadi"
"bagaimana munkin terjadi? orang tadi rani disini..."
"kamu harus tabah ya ris..., aku tau kamu takkan bisa menerima apa yang telah terjadi padanya" tandas juwita setelah sedikit dia merasa heran.
"rani tadi ada disini, aku gak bohong wit... dia terlihat pucat saat ku tatap wajahnya"
"ah...yang bener ...??"tanya juwita dengan penuh keheranan
"cuma anehnya, tadi aku tinggal sebentar untuk mengangkat telpon dia sudah gak ada"


*DUA HARI YANG LALU*
"akhirnya nyampe juga di jakarta" tak sabar aris segera ingin bertemu dengan kekasihnya
"dia pasti terkejut plus seneng dech... saat ngeliat aku udah di jakarta"
"tapi ni perut kayaknya udah gak bisa di ajak kompromi" memang dari tadi di perjalannan perut aris sudah menahan lapar yang berkepanjangan.
diapun segera mencari tempat makan dan beristirahat sejenak.
saat mau menuju rumah makan, tiba-tiba dia di kejutkan oleh seseorang yang memanggil namanya.
"aris..." teriak indra
"mulai kapan kamu di jakarta?" tanya indra
aris sedikit terkejut dan segera menolehkan mukanya, ternyata dia sedang menjumpai teman kampungnya yang saat ini bekerja di kota.
"indra??...kebetulan kita ketemu" sahut aris
setelah selang beberapa lama mereka ngobrol, akhirnya mereka memutuskan unyu segera memesan makanan karna dari tadi perut aris memang sudah sangat lapar.
Ternyata disini indra bekerja di perusahaan yang di miliki oleh pamanya, pantas saja indra selalu menikmati kapasitas yang berbeda dari pegawai-pegawai yang lainya.
saat berangkat atau pulang dari kantornya indra menaiki sebuah mobil sedan milik pamanya, paman indra memang memanjakanya. karna tidak di karuniai seorang anak.
dari kecil indra sudah di anggap sebagai anak sendiri.
"wah...mewah juga ni mobil" komentar aris pada mobil indra
"sebenarnya ni mobil udah lama gak di pake sama paman ku, trus aku suruh ngarawtnya dan di perbolehkan aku untuk memakainya" jelas indra
"boleh donk kalau aku meminjamnya?? hehehe..." pinta aris dengan sedikit bercanda.
pikir aris, wah boleh juga ni mobil bisa buat pacarku sedikit kagum ma aku, kan jemputnya pake mobil.
"boleh..." jawab indra dengan enteng
"boleh...?" heran aris
"iya... boleh, kan kamu tuh sudah dari kecil jadi temenku"
"oke dech..., makasih ya dra..."
malam harinya aris segera berangkat ketempat rani, yang jelas memakai mobil yang di pinjamkan indra padanya, tapi malam itu aris tidak sendiri. karna indra bersamanya.
"eh...ris, gimana kalau sebelum berangkat ke tempat pacarmu kita sedikit minum dulu biar gak grogi"
pendapat inda pun di hiraukan aris dengan mantapnya.
"ayo"

setelah merasa cukup mereka menenggak beberapa minum yang bisa membuat mereka rileks, lalu merekapun segera menaiki mobil dan menemui rani yang ada di kostnya.
"sebenarnya aku ingin membuat rani terpesona dengan kedatangan ku" kata aris
"kalau gitu kamu aja yang nyetir ris..." tandas indra
"tapi aku kan sudah lama tidak menyetir mobil" bimbang aris
"halah... coba aja" indra pun memberi semangat pada aris
akhirnya aris mau mencoba untuk menyetir, tapi dia sedikit takut karna sudah hampir setahun dia tidak menyetir. aris dulu menyetir karna pada saat itu dia belajar pada ayahnya, tapi sudah tidak lagi karna mobilnya harus di jual untuk modal pada usahanya di kampung.


( bersambung )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar